Bukan rahasia lagi bahwa Bali menjadi destinasi wisata favorit wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tak kalah populer dengan pantai-pantai lainnya, Desa Wisata Penglipuran hadir menawarkan berbagai jenis destinasi wisata, bukan hanya alam saja.
Penglipuran dikenal sebagai sebuah desa yang bersih, indah, serta kaya akan tradisi. Desa ini memiliki adat tradisional dan arsitektur bangunan yang masih terpelihara dengan baik. Jika berkunjung, wisatawan dapat merasakan cara hidup masyarakat Bali asli.
Desa Penglipuran termasuk dalam salah satu desa paling bersih di dunia. Anda tidak akan melihat sampah atau lingkungan yang kotor di desa ini karena masyarakatnya sangat menjunjung tinggi kebersihan. Oleh karena itu, para wisatawan juga tidak diizinkan untuk mengotori lingkungan.
Sejarah Singkat Desa Wisata Penglipuran
Berdasarkan penelitian, Desa Adat Penglipuran sudah ada sekitar 700 tahun yang lalu atau pada zaman Kerajaan Bangli. Nama Penglipuran berasal dari 2 kata, yaitu pengeling dan pura. Pengeling berarti pengingat, sementara pura merupakan tanah atau tempat leluhur.
Para penglingsir (sesepuh) mengatakan jika para pendahulu desa wisata ini berasal dari desa yang bernama Bayung Gede di Kintamani. Mereka sering melakukan perjalanan jauh lalu beristirahat di suatu daerah yang disebut Kubu. Jarak kedua tempat tersebut cukup jauh yaitu sekitar 25 km.
Oleh karena itu, Desa Penglipuran dulunya disebut sebagai Desa Kubu Bayung. Namun, semakin hari jumlah penduduk semakin banyak sehingga mereka membentuk desa sendiri yang dikenal dengan Desa Penglipuran. Masyarakat kemudian membangun tempat suci bernama Pura Kahyangan Tiga.
Alamat
Desa Penglipuran berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini memiliki posisi yang cukup strategis dengan jarak 60 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Adapun waktu tempuh perjalanan menggunakan mobil menuju desa wisata yaitu kurang lebih 1 jam 30 menit.
Harga Tiket
Untuk masuk ke Desa Penglipuran, para wisatawan harus membayar tiket dengan harga yang cukup terjangkau. Untuk wisatawan lokal, biaya masuk anak-anak di atas usia 2 tahun sebesar Rp10.000 dan untuk orang dewasa sebesar Rp15.000.
Sementara itu, untuk wisatawan mancanegara harus membayar lebih mahal. Anak-anak dikenai biaya Rp25.000 dan orang dewasa Rp30.000. Biaya tersebut belum termasuk parkir dan wahana yang akan digunakan nantinya. Jika ingin mencoba berbagai wahana, maka harus membayar biaya tambahan.
Sebagai catatan, tarif di atas merupakan harga sementara dan bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan pengelola desa. Oleh karena itu, para wisatawan sebaiknya membawa uang yang lebih banyak untuk menghindari kekurangan biaya setelah sampai di lokasi wisata.
Jam Operasional
Seperti tempat wisata umumnya yang ada di Bali, Desa Wisata Penglipuran hanya bisa dikunjungi dari pagi hingga sore hari. Tempat ini mulai dibuka pada pukul 08.15 WIB – 17.00 WIB. Jadi, pastikan Anda berkunjung sesuai jam operasional agar dapat berlibur dengan lancar.
Daya Tarik Desa Wisata Penglipuran
Terdapat banyak alasan mengapa para wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Desa Penglipuran. Hal ini tidak terlepas dari daya tariknya yang luar biasa, baik dari segi kebersihan, keramahan penduduk, wisata alam, budaya, tata ruang, hingga kuliner tradisional yang enak.
1. Julukan Desa Terbersih di Dunia
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Desa Penglipuran termasuk dalam daftar desa terbersih di dunia. Julukan tersebut memberikan kebanggan tersendiri untuk penduduk setempat hingga negara. Tidak hanya itu, desa wisata ini juga memiliki berbagai penghargaan di bidang pariwisata dan lingkungan.
Penghargaan tersebut berupa Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA), Kalpataru, serta Sustainable Destinations Top 100 menurut Green Destinations Foundation. Semua prestasi yang diperoleh berdasarkan kesadaran dan konsisten penduduk untuk menjaga dan mengembangkan desa.
2. Tata Ruang Tri Mandala
Desa-desa di Bali umumnya memiliki ciri khas berupa tata ruang yang sangat menjunjung tinggi nilai para leluhur. Hal yang sama juga terlihat di Desa Penglipuran karena tata ruangnya mengikuti konsep Tri Mandala.
Artinya, desa akan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Madya Mandala, Utama Mandala, dan Nista Mandala. Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal penduduk. Utama Mandala adalah daerah suci untuk peribadatan dan para dewa. Adapun Nista Mandala adalah daerah pemakaman penduduk.
3. Budaya
Ritual keagamaan yang rutin dilaksanakan dan menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Desa Penglipuran adalah Ngusaba. Ritual Ngusaba dilakukan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi. Selain itu, penduduk desa juga mengadakan festival budaya setiap akhir tahun.
Festival tersebut bertajuk Penglipuran Village Festival dengan berbagai rangkaian kegiatan. Mulai parade seni budaya, parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, serta berbagai jenis lomba yang dapat diikuti oleh semua penduduk sekitar.
Seperti namanya, Anda dapat menemukan banyak pura di Desa Wisata Penglipuran. Mulai dari Pura Puseh, Pura Dalem, dan Pura Penataran. Para wisatawan dapat berkunjung ke pura tersebut untuk belajar adat serta budaya masyarakat.
4. Kuliner yang Enak
Saat berkunjung ke Desa Penglipuran, Anda akan menikmati kuliner khas yaitu tipat cantok dan loloh cemcem. Tipat cantok adalah makanan yang dibuat dari sayur rebus serta ketupat dan dilengkapi bumbu kacang yang sangat enak dan gurih.
Sementara itu, loloh cemcem merupakan minuman khas yang terbuat dari kloncing dan daun cemcem. Minuman ini sudah ada sejak zaman penjajahan dan sering digunakan sebagai obat panas dalam. Loloh cemcem memiliki rasa pedas, manis, asin, asam, dan sedikit pedas.
5. Hutan yang Luas
Desa Wisata Penglipuran diketahui memiliki luas sekitar 112 hektar. Wilayah tersebut terdiri atas 50 hektar lahan pertanian, 9 hektar pemukiman penduduk, dan 45 hektar hutan bambu,. Selain itu, juga terdapat 4 hektar hutan kayu, 4 hektar tempat suci, serta fasilitas umum.
Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, wilayah hijau (lahan dan hutan) lebih luas dari pemukiman warga. Oleh karena itu, desa Penglipuran terlihat menghijau di sepanjang jalan dan memiliki udara yang segar dan sejuk.
6. Belajar Membuat Kerajinan
Oleh karena desa wisata ini memiliki hutan bambu yang cukup luas, maka masyarakat banyak memanfaatkannya untuk membuat kerajinan yang bernilai jual. Kreativitas masyarakat Desa Penglipuran mampu membuat berbagai jenis kerajinan yang cantik dan bermanfaat.
Anda dapat menemukan banyak pengrajin lokal yang turut menjajakan jualannya di sepanjang desa. Mereka umumnya membuat pernak-pernik, tempat tisu, vas bunga, bingkai foto, mainan anak, dan lain sebagainya. Jadi, wisatawan dapat membeli kerajinan tersebut sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Namun, jika Anda merasa tertarik untuk mengetahui cara membuat kerajinan, bisa membuatnya sendiri. Caranya adalah dengan meminta bantuan kepada pengrajin untuk mengajarkan cara membuat kerajinan sederhana. Dengan begitu, Anda dapat membawa pulang hasil karya sendiri dengan bangga.
Kesimpulan
Desa Wisata Penglipuran memiliki berbagai daya tarik tersendiri sehingga menarik banyak wisatawan. Mulai dari pemandangan, arsitektur bangunan, penduduk yang ramah, serta kuliner yang enak. Selain itu, Anda juga bisa mengenal budaya dan adat penduduk setempat seperti Ngusaba.
Baca Juga: